Bank Indonesia (BI) memproyeksi terjadi inflasi sebesar 1,09 persen (month-to-month atau mtm) pada Indeks Harga Konsumen (IHK) di minggu ketiga September 2022. Angka ini naik signifikan dibandingkan survei bank sentral pada minggu sebelumnya, yakni sebesar 0,77 persen (mtm).
“Meroketnya inflasi pada minggu ketiga September terjadi karena kenaikan harga bensin yang menyumbang inflasi sebesar 0,91 persen (mtm),” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dilansir dari Medcom.id, Minggu, 18 September 2022.
Selain itu, angkutan dalam kota juga ikut menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen (mtm); angkutan antarkota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm); serta rokok kretek filter.
Sementara itu, ada beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada periode yang sama. Di antaranya bawang merah sebesar 0,05 persen (mtm); minyak goreng dan cabai merah masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm); cabai rawit, daging ayam ras, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm); serta tarif angkutan udara sebesar 0,01 persen (mtm).
Erwin mengatakan, terkait hal itu pihaknya akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait.
"(Kami) akan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," ucap Erwin.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2022 ada penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,8 pada Juli menjadi 111,57 hingga terjadi deflasi sebesar 0,21 persen .
Dengan terjadinya deflasi pada Agustus, maka inflasi tahun kalender Agustus 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 3,63 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Agustus 2022 terhadap Agustus 2021 sebesar 4,69 persen.
BACA: Kendalikan Inflasi Akibat Naiknya BBM, Pemkot Bogor Gelar Operasi Pasar Murah
(SUR)