Dadali: Sersan Dua (Serda) Aprilia Manganang dipastikan sebagai laki-laki. Mantan atlet voli putri nasional itu telah berganti status dari perempuan ke laki-laki.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI Jenderal Andika Perkasa. Andika menyebutkan Manganang mengidap hipospadia atau kelainan organ reproduksi ketika dilahirkan.
Lalu, apa itu hipospadia? Dan apa penyebabnya? Dilansir dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut deretan fakta terkait kelainan yang dialami oleh Manganang:
1. Apa itu hipospadia?
Hipospadia merupakan kondisi cacat lahir pada anak laki-laki. Biasanya, pembukaan uretra pada anak laki-laki itu tidak terletak di ujung penis alias terbentuk secara tidak normal. Uretra adalah saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh.
Pembukaan abnormal ini dapat terjadi di mana saja, mulai dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum. Kelainan ini memiliki derajat ukurannya masing-masing, bisa kecil dan beberapa ada yang lebih parah.
2. Tipe-tipe hipospadia
Terdapat tiga jenis hipospadia yang dialami anak laki-laki. Hal ini bergantung pada lokasi pembukaan uretra.
- Subkoronal: Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis
- Poros tengah: Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis
- Penoscrotal: Pembukan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.
3. Apakah hipospadia merupakan kelainan yang langka?
Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan sekitar 1 dari setiap 200 bayi yang lahir mengidap hipospadia. Hal ini menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.
4. Penyebab hipospadia
Sampai saat ini, penyebab hipospadia pada maoyirtas bayi belum diketahui. Dalam beberapa kasus, kelainan itu dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain. Seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu hamil di lingkungannya, makanan atau minuman yang dikonsumsi sang ibu, maupun obat-obat tertentu yang diminum selama kehamilan.
CDC pun meneliti lebih lanjut terkait penyebab hipospadia. Hasilnya, peneliti CDC melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi sang ibu dapat melahirkan bayi laki-laki dengan hipospadia. Berikut faktor-faktornya:
- Usia dan berat: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih serta mengidap obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan kelainan reproduksi tersebut.
- Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi laki-laki dengan hipospadia
- Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumi hormon tertentu, baik sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan cacat lahir tersebut.
5. Diagnosis dan perawatan
Cacat lahir ini dapat didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi laki-laki lahir. Perawatan untuk hipospadia sendiri bergantung pada jenis cacat yang dimiliki bayi tersebut. Biasanya, untuk menangani kelainan reproduksi tersebut, dibutuhkan pembedahan khusus untuk memperbaiki defek.
Jika dianggap perlu melakukan pembedahan, maka biasanya akan dilakukan ketika anak laki-laki menginjak usia antara 3 hingga 18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.
Pembedahan yang dilakukan, termasuk menempatkan pembukaan uretra di tempat yang seharusnya, memperbaiki lekukan di penis, hingga memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.
Bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat. Sebab, dokter akan menggunakan kulup untuk melakukan beberapa perbaikan pada hipospadia.
(SYI)