Dadali: Masyarakat Indonesia sempat dibuat geger dengan kasus tewasnya anak dari pengemudi ojol, Naba Faiz Prasetya (NFP), 10, di Desa Bangun Harjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu, 25 April 2021. Ia tewas usai memakan takjil beracun yang dibawa oleh ayahnya, Bandiman, yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online. Bandiman membawa makanan itu ke rumah lantaran pesanan itu ditolak oleh orang yang seharusnya menerima paket tersebut.
Teranyar, Satreskrim Polres Bantul telah berhasil menangkap Nani Aprilliani Nurjaman (NA), 25, pelaku pengirim takjil beracun. Setelah diusut, ternyata ditemukan racun berupa kalium sianida pada bumbu sate yang dimakan NFP.
“Hasil penyelidikan, pelaku memasukkan kalium sianida atau KCN di makanan sate,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bantul, AKP Ngadi di Mapolres Bantul, Senin, 3 Mei 2021, seperti dilansir dari Medcom.id.
Lantas, untuk apa seharusnya sianida digunakan? Dilansir dari situs resmi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut hal-hal yang kamu perlu ketahui soal racun sianida.
Apa itu sianida?
Sianida adalah bahan kimia beracun yang hadir dalam berbagai bentuk. Senyawa kimia ini terdiri atas karbon dan nitrogen. Zat berbahaya ini juga bisa tidak berwarna, seperti hidrogen sianida (HCN) atau sianogen klorida (CNCl). Bisa juga dalam bentuk kristal, seperti natrium sianida (NaCN) atau kalium sianida (KCN).
Dalam kasus yang menewaskan NFP, kalium sianida merupakan butiran padat berwarna putih dengan bau almond yang pahit. Bentuk kalium sianida mirip dengan gula dan mudah larut dalam air.
Di mana biasanya sianida ditemukan? Dan untuk apa penggunaannya?
Sianida dilepaskan dari bahan alami di beberapa makanan dan tanaman tertentu, seperti singkong, kacang lima dan almond. Biji dari buah-buahan biasa, seperti apricot, apel, dan persik, mungkin juga memiliki sejumlah besar bahan kimia yang dimetabolisme menjadi sianida.
Bahan kimia ini juga bisa ditemukan dalam asap rokok dan hasil pembakaran dari bahan sintetis, seperti plastik. Khusus kalium sianida, biasanya bahan kimia ini digunakan sebagai racun tikus, pelapisan logam, hingga manufaktur semikonduktor.
Gejala yang timbul ketika terpapar sianida
Orang bisa terpapar sianida dalam jumlah kecil dengan menghirupnya, menyerapnya melalui kulit, atau mengonsumsi makanan yang mengandung sianida. Berikut gejala yang mungkin dialami usai terpapar dalam beberapa menit:
- Pusing
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Napas cepat
- Denyut jantung cepat
- Kegelisahan
- Kelemahan
Sedangkan, paparan sianida dalam jumlah besar dengan cara apa pun dapat menyebabkan gejala seperti berikut.
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Tekanan darah rendah
- Cedera paru-paru
- Kegagalan pernapasan yang menyebabkan kematian
- Denyut jantung lambat
Tetapi, bukan berarti apabila seseorang mengalami gejala-gejala di atas, maka dapat dikatakan ia terpapar sianida. Bisa saja orang tersebut terindikasi dengan penyakit lain.
Bagaimana orang yang keracunan sianida dirawat?
Keracunan sianida diobati dengan penawar khusus dan perawatan medis yang mendukung di fasilitas kesehatan. Penanganannya juga harus cepat. Sebab, penangkal racun sianida dapat berfungsi paling baik jika diberikan segera mungkin setelah terpapar.
“Dokter harus menangani kasus yang dicurigai dengan baik dan tidak menunggu konfirmasi dari laboratorium. Yang terpenting, korban harus mencari pengobatan secepatnya,” tulis CDC dalam situs resminya.
(SYI)