Dadali: Saat Natal, figur paling ikonik yang menggambarkan suasana hari raya tersebut adalah Sinterklas (Santa Claus). Sinterklas dikenal sebagai sosok yang gemar memberikan hadiah kepada anak-anak saat Natal.
Sinterklas digambarkan sebagai kakek berjanggut putih dan mengenakan jubah merah. Ia juga identik dengan penampilannya yang bertubuh besar dengan perut yang buncit. Lantas, apakah kalian tahu bahwa Sinterklas itu sebenarnya tidak selalu buncit? Atau ternyata dia tidak selalu mengenakan jubah merah? Seperti dilansir dari The Daily Mail, berikut enam fakta menarik tentang Sinterklas.
1. Sinterklas tidak sepenuhya fiktif
Kita mengenal Sinterklas sebagai karakter yang mengantarkan hadiah setiap malam Natal, tetapi ternyata sosok aslinya jauh seperti yang biasanya diceritakan. Kisah Sinterklas berasal dari tahun 280 Anno Domini (A.D.).
Saint Nicholas atau kita kenal sebagai Sinterklas merupakan biarawan yang melakukan perjalanan ke perdesaan untuk membantu orang miskin dan orang sakit. Ia dikenal sebagai pelindung anak-anak dan pelaut pada zaman Renaisans. Saint Nicholas menjadi salah satu orang suci paling populer di Eropa.
2. Sebutan sinterklas berasal dari bahasa Belanda
Ketika orang-orang dari Belanda bermigrasi ke New World colonies, mereka membawa serta legenda Sinterklas. Sinterklaas merupakan bahasa Belanda dari Saint Nicholas.
Pada sekitar akhir 1700, kisah tentang Sinterklas yang dermawan tersebar hingga budaya pop Amerika, ketika keluarga-keluarga Belanda berkumpul untuk menghormati kematian santo itu. Dengan seiringnya waktu, nama Sinterklaas berevolusi menjadi Santa Claus.
3. Perutnya tidak selalu buncit
Pada 1809, ada seorang penulis bernama Washington Irving yang membantu membentuk citra Sinterklas dalam bukunya yang berjudul ‘Knickerbocker’s History of New York’. Dalam novel itu, Saint Nicholas digambarkan sebagai sosok pria yang kurus serta merokok di atas atap dalam sebuah gerobak yang mengantarkan hadiah kepada anak-anak yang baik dan kemudian beralih ke yang buruk.
4. Sinterklas tidak selalu mengenakan jubah merah
Puisi tentang Saint Nicholas yang dibuat oleh Clement Clarke Moore untuk anaknya mendongkrak kepopuleran dari Sinterklas. Puisi buatan Moore menciptakan ikon Amerika, tetapi tidak menggambarkan Sinterklas sesuai dengan standar yang ada.
Pada abad ke-19, beberapa gambar menunjukkan Sinterklas mengenakan setelan warna berbeda. Bahkan, Sinterklas terkadang digambarkan menaiki sapu alih-alih kereta luncur.
5. Sinterklas pernah menjadi bujangan
Selama beberapa dekade, Sinterklas adalah pria lajang yang mengantarkan hadiah untuk anak-anak. Ia pertama kali disebutkan memiliki pasangan pada 1849. Hal ini diceritakan dalam karya James Rees yang berjudul ‘A Christmas Legend’.
Pada 1851, pasangan Sinterklas secara resmi disebut sebagai ‘Mrs. Claus’ oleh seorang mahasiswa yang berprofesi sebagai penulis untuk Yale Literary Review. Saat ini, Mrs. Claus sama populernya dengan Sinterklas.
6. Coca-Cola mempopulerkan Sinterklas versi modern
Ternyata Coca-Cola juga sempat membantu membentuk citra Sinterklas lho. Pada 1931, perusahaan minuman bersoda yang populer itu bekerja sama dengan illustrator Haddon Sundblom. Mereka ingin membuat ilustrasi sosok yang hangat, ramah, dan menyenangkan dengan janggut putih bermantel merah.
Dari 1931 hingga 1964, ilustrasi buatan Sandblom itu digunakan dalam iklan yang menggambarkan Sinterklas sedang mengirimkan hadiah dan berhenti sejenak untuk menikmati Coca-Cola. Sosok Sinterklas yang digambarkan oleh Sandblom itu akhirnya menjadi ikon global dan ditampilkan di museum seni di seluruh dunia.
(SYI)