Bandung: Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) telah selesai melakukan revitalisasi sebanyak 21 pasar tradisional di wilayahnya. Pihaknya menargetkan perbaikan menyasar hingga ke 25 titik.
"Sejauh ini 21 pasar direvitalisasi dengan dana sebesar Rp229,7 miliar dari bantuan keuangan Pemda (Pemerintah Daerah) Provinsi Jawa Barat," kata Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, demikian dikutip dari Antara, Sabtu, 5 Maret 2022.
Baca: Harga Cabai di Pasar Tugu Depok Merangkak Naik
Saat ini, Kang Emil sapaan Ridwan Kamil, telah meresmikan dua pasar tradisional, yakni Pasar Pasalaran dan Pasar Kue Weru. Pihaknya juga meresmikan hasil revitalisasi Program Pasar Rakyat Jabar Juara di Kabupaten Cirebon.
"Biasanya saya hanya meresmikan satu pasar tapi sekarang sekaligus dua pasar di Cirebon. Menandakan betapa pentingnya revitalisasi pasar yang menjadi jantung ekonomi di Jabar," terang dia.
Diketahui revitalisasi Pasar Pasalaran menelan biaya hingga Rp9,2 miliar dan Pasar Kue Waru sebesar Rp13,5 miliar. Nantinya akan ada satu unit pasar yang akan direvitalisasi dengan dana Rp4 miliar.
"Kita akan terus memperbaiki pasar agar ekonomi rakyat jadi nomor satu lagi pascapandemi covid-19," jelas dia.
Baca: Harga Daging Sapi di Pasar Baru Bekasi Naik 13%
Melalui program Pasar Rakyat Jabar Juara, pihaknya menargetkan agar tidak ada lagi kondisi pasar tradisional yang kumuh di Jabar. Dengan begitu berbelanja akan semakin nyaman dan menjadi harapan bagi masyarakat golongan menengah ke atas.
"Saya juga senangnya ke pasar tradisional karena pemilik tokonya adalah masyarakat umum bisa sambil berdialog dan tawar menawar, di situlah letak kearifan lokalnya. Syaratnya pasarnya bersih dan rapi sehingga golongan masyarakat menengah atas makin ramai ke pasar tradisional," ujar dia.
Pengelola Pasar Pasalaran juga bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Bank BJB menyediakan pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Kini, masyarakat bisa melakukan pembayaran melalui sistem nontunai.
"Ini menjadi target kedua di mana masyarakat tidak lagi bayar tunai, tapi nontunai lewat QRIS yang akan jadi standar baru," imbuh dia.
Baca: Batik Depok Siap Masuki Pasar Luar Negeri
Menurutnya, saat ini masyarakat rata-rata sudah menggunakan telepon pintar dan paham dunia digital. Di sinilah, Bank Indonesia maupun Bank BJB harus mengambil peran memanfaatkan potensi tersebut dalam transaksi digital.
Kang Emil berharap secara bertahap transaksi digital ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat. "Hari ini semua orang pegang handphone dan paham digital. Semoga QRIS ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat dalam bertransaksi," pungkas dia.
(UWA)