Masyarakat di berbagai daerah Indonesia menggelar tradisi uniknya masing-masing untuk menyambut Hari Raya Idulfitri. Tradisi ini juga tak bisa dilepaskan dari budaya setiap daerah.
Selain mudik, sejumlah tradisi unik dapat ditemukan di sejumlah daerah jelang Idulfitri. Melansir Medcom, berikut adalah lima tradisi unik masyarakat Indonesia menyambut hari lebaran:
1. Meugang atau Makmeugang (Aceh)
Meugang atau Makmeugang merupakan tradisi menyembelih hewan kurban berupa kambing atau sapi yang biasanya dilaksanakan setahun tiga kali yakni saat Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha. Jumlah hewan yang disembelih pada saat meugang berjumlah ratusan.
Tradisi Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum Hari Raya, sedangkan di kota berlangsung dua hari sebelum hari raya. Biasanya masyarakat memasak daging di rumah, setelah itu membawanya ke masjid untuk makan bersama tetangga dan warga yang lain.
2. Bakar Gunung Api (Bengkulu)
Masyarakat suku Serawai di Bengkulu memiliki tradisi unik untuk menyambut hari lebaran. Mereka membakar batok kelapa yang disusun seperti tusuk sate yang dirangkai kayu dan dibuat tinggi menjulang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam takbiran atau malam ke-27 Ramadan.
3. Batobo (Riau)
Batobo merupakan upacara sambutan khusus untuk para perantau yang kembali pulang ke kampung halaman. Layaknya pahlawan yang disambut meriah, para rombongan perantau yang mudik juga diantarkan dengan diiringi pukulan rebana menuju masjid untuk buka puasa bersama di hari-hari terakhir Ramadan menjelang lebaran.
4. Bedulang (Bangka Belitung)
Badulang adalah tradisi unik menyantap makanan secara beramai-ramai saat lebaran dan acara besar lainnya. Pelaksanaan tradisi bedulang ini biasanya dilakukan setelah salat Idulfitri dan bermaaf-maafan.
5. Grebeg Syawal (Yogyakarta)
Grebeg syawal adalah sebuah tradisi yang dilakukan Keraton Yogyakarta saat memperingati lebaran tepat pada tanggal 1 Syawal. Dalam grebeg syawal ini, biasanya diadakan seperti arak-arakan tumpukan menggunung hasil bumi yang melimpah seperti sayuran yang dikawal oleh prajurit keraton.
6. Ngejot (Bali)
Tradisi ngejot ini umumnya merupakan tradisi memberikan makanan kepada para tetangga sebagai rasa terima kasih. Makanan yang diberikan kepada tetangga biasanya sudah dalam bentuk siap saji, kue, ataupun buah-buahan.
Tradisi ngejot ini bukan hanya dilakukan oleh umat Hindu, tetapi juga umat Islam yang ada di Bali.
7. Perang Topat (Lombok)
Perang topat merupakan tradisi tradisi turun temurun yang mulai dilakukan sepeninggal penjajahan Bali di Lombok di masa lampau. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling lempar dengan menggunakan ketupat antara umat Islam dan umat Hindu di Lombok.
Dengan menggunakan pakaian adat khas Sasak dan Bali ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini juga sebagai toleransi umat beragama yang ada di Lombok
(SUR)