Bandung: Sejumlah orang tua siswa melaporkan seorang oknum pengajar di salah satu lembaga pendidikan Kota Bandung ke Polda Jawa Barat. Oknum pengajar tersebut dilaporkan karena diduga melakukan penggelapan uang hingga mencapai Rp5 miliar.
Kejadian itu berawal dari oknum pengajar tersebut menawarkan program pendidikan di Tiongkok kepada sejumlah orang tua siswa. Ia pun berjanji akan membantu mengurus seluruh keperluan pendidikan di Tiongkok setelah menerima uang deposit.
Salah seorang orang tua siswa bernama Rosi mengaku telah memberi uang sebanyak Rp400 juta kepada pelaku untuk keperluan dana pendidikan anaknya di Tiongkok. Rosi mengaku tertarik mengikuti program tersebut karena melihat banyak siswa yang sudah dikirim ke Tiongkok.
"Karena ada saudara saya yang sudah ikut program dia (pelaku) dengan iming-iming agen ini bisa mengurus anak-anak kita, menjamin keamanan selama di sana. Termasuk persiapan anak kita untuk sekolah, mulai dari bahasa dan pelajarannya agar bisa mengikuti standar di sana," terang Rosi dikutip dari Medcom, Jumat, 14 Juli 2023.
Namun, uang tersebut ternyata tidak digunakan untuk keperluan anaknya yang tengah sekolah di Tiongkok. Setelah bertanya kepada oknum pengajar tersebut, uang miliknya digunakan untuk keperluan siswa-siswa lainnya yang sudah bersekolah di Taiwan. Bahkan, dana yang diberikan orang tua siswa juga digunakan untuk membayar pinjaman dan judi bola.
"Melaporkan dugaan penyalahgunaan dana pendidikan, karena kita pertama diajak untuk program sekolah di China. Kita ini sistemnya deposit, kita simpan uang di terduga nanti keperluan anak kita diurus semua, tapi ternyata uang kita oleh terduga ini diselewengkan," ujar Rosi.
Saat ini, sudah ada sebanyak 50 orang yang menjadi korban dari aksi terduga pelaku. Menurut salah satu korban bernama Thomas, kasus tersebut sudah mulai terungkap sejak Mei lalu.
Thomas mengaku bahwa ada korban yang dijanjikan untuk diberangkatkan ke Tiongkok, tetapi malah berujung dibatalkan. Program yang ditawarkan oknum pengajar itu pun terdiri dari pendidikan ke Tiongkok dan studi tour.
"Harusnya anak kita itu masuk SMA di daerah Hangzhou China supaya kalau kita mau lanjut ke Universitas bisa lebih mudah," ucap Thomas.
Di sisi lain, Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Ibrahim Tompo mengaku belum menerima laporan pengaduan tersebut. "Belum ada infonya," kata dia.
(SUR)