Kelamaan Duduk Kuliah Online, Gadis Ini Divonis Piriformis Syndrome

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Dadali: Bukan media sosial namanya kalau tidak melahirkan suatu hal yang viral. Akhir-akhir ini, ramai diperbincangkan seorang perempuan bernama Waode Nur Anisa yang mengalami piriformis syndrome. Ia membagikan kisahnya melalui TikTok pada Selasa, 16 Maret 2021.

Mahasiswi kedokteran gigi di salah satu universitas di Makassar tersebut menceritakan awal mula sebelum ia divonis piriformis syndrome. Awalnya, rasa sakit terasa di bawah lutut. Dengan seiringnya waktu, rasa nyeri pun dirasakan di bagian bokong ketika duduk.

Sebelum pandemi covid-19, ia tidak pernah merasakan gejala seperti itu. Rasa sakit ini muncul setelah Waode menjalani kuliah secara daring yang mengharuskannya duduk hingga 15 jam dalam sehari. 

Singkat cerita, saat Waode memeriksakan dirinya ke dokter rehabilitasi medis. Saat itulah ia didiagnosis mengidap piriformis syndrome. Meskipun begitu, ia masih menjalankan kegiatan kuliah daringnya.

"Mulai dirasakan tegangnya itu seperti tertarik gitu otot-ototnya, kalau sudah tertarik seperti itu, dokter sarankan dilakukan peregangan, kompres air hangat," kata Waode.

Lantas, apa itu piriformis syndrome? Dan apa penyebabnya? Dilansir dari Spine Health, berikut penjelasan terkait piriformis syndrome.

Definisi piriformis syndrome

Sindrom piriformis adalah suatu kondisi di saat otot piriformis mengalami kejang yang akhirnya dapat menyebabkan rasa nyeri pada bokong. Otot piriformis juga bisa mengiritasi saraf skiatik di dekatnya. Sehingga, dapat menimbulkan rasa sakit, mati rasa, hingga kesemutan di sepanjang bagian belakang tungkai serta menuju ke kaki (mirip dengan nyeri siatika).

Penjelasan otot piriformis

Otot piriformis merupakan otot kecil yang terletak jauh di dalam bokong. Otot ini juga dimulai dari tulang belakang bagian bawah hingga terhubung ke permukaan atas setiap tulang paha. Fungsi dari otot piriformis, yakni membantu merotasi pinggul serta memutar tungkai dan kaki ke luar.

Penyebab piriformis syndrome

Belum diketahui secara pasti penyebab dari sindrom piriformis. Berikut penyebab-penyebab yang diduga dapat memicu seseorang mengalami sindrom piriformis:

- Otot piriformis yang mengalami kejang. Kondisi itu dapat terjadi, baik karena iritasi pada otot piriformis maupun iritasi pada struktur di dekatnya, seperti sendi pinggul
- Mengencangkan otot sebagai reaksi terhadap cedera atau kejang
- Cedera atau kejang yang menyebabkan pembengkakan pada otot piriformis
- Pendarahan di area otot piriformis.

Ketika seseorang mengalami salah satu atau kombinasi dari keluhan di atas, maka akan merasakan nyeri pada bokong. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi saraf skiatik yang berdekatan. Sehingga, menyebabkan rasa nyeri, kesemutan, atau mati rasa di bagian belakang paha, betis, atau kaki. Kemungkinan hal inilah yang dirasakan Waode pada awal gejala sindrom piriformis.

Gejala sindrom piriformis

Gejala paling umum yang dirasakan pasien sindrom piriformis, yakni nyeri akut pada bokong, linu panggul di bagian belakang paha, betis, dan kaki. Kalau tadi gejalan umum, berikut gejala khas sindrom piriformis:

- Sakit di bokong
- Nyeri di bagian belakang paha, betis, dan kaki 
- Nyeri ketika menaiki tangga atau jalan di tanjakan
- Rasa nyeri meningkat setelah duduk lama
- Rentang gerak sendi panggul berkurang.

Gejala-gejala yang telah dijabarkan di atas bisa menjadi lebih buruk apabila penderita duduk dalam waktu yang lama, berjalan, dan berlari. Biasanya, pasien sindrom piriformis akan merasa lebih baik setelah berbaring telentang.

Cara mendiagnosis sindrom piriformis

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan seseorang untuk mendiagnosis sindrom piriformis. Diagnosis sindrom tersebut didasarkan pada tinjauan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, hingga tes diagnostik. Berikut deretan cara yang dapat ditempuh untuk mendiagnosis sindrom piriformis.

1. Ujian fisik

Pemeriksaan fisik akan mencakup pemeriksaan pinggul dan tungkai untuk melihat apakah gerakan menyebabkan peningkatan nyeri punggung bawah atau nyeri ekstremitas bawah (nyeri linu panggul).

2. Riwayat kesehatan

Rekam medis meliputi tinjauan mendalam tentang gejala yang dialami pasien. Seperti, posisi atau aktivitas apa yang membuat gejala menjadi lebih baik atau buruk. Selain itu, juga diperhatikan durasi dari gejala yang muncul. Apakah dimulai secara bertahap atau setelah cedera. Riwayat penyakit keluarga, seperti radang sendi, juga akan diperiksa.

3. Tes diagnostik 

Iritas saraf skiatik pada otot piriformis tidak dapat dideteksi dengan menggunakan sinar-X dan studi pencitraan tulang. Tes diagnostik, seperti MRI dan tes konduksi saraf dapat dilakukan untuk menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan sindrom piriformis. Suntikan anestesi dengan atau tanpa steroid juga dapat memastikan apakah otot piriformis adalah sumber gejalanya atau bukan.



(SYI)

Berita Terkait