Jakarta: Ketika sedang menikmati waktu bersantai biasanya makanan kemasan menjadi andalan sebagai teman menikmati suasana. Makanan ringan dalam kemasan seperti keripik, wafer, biskuit, dan sebagainya biasanya juga dipilih sebagai makanan penunda lapar.
Meski begitu, jika dikonsumsi secara berlebihan, makanan ringan dalam kemasan sebetulnya tidak baik bagi kesehatan Anda.
Beragam bahaya makanan ringan dalam kemasan
Makanan ringan termasuk golongan yang juga disebut ultra-processed food atau highly processed food. Dikutip dari Harvard School of Public Health, golongan makanan ini telah melewati serangkaian proses dengan penambahan garam, gula, dan lemak, serta zat aditif atau bahan tambahan pangan.
Tahapan produksi ini membuat kandungan nutrisi dalam makanan berkurang. Produsen biasanya akan menambahkan serat, vitamin, dan mineral sintetis dalam proses yang disebut fortifikasi.
Namun, jenis makanan ini tetap saja tidak mampu menggantikan kebaikan zat gizi alami dari makanan segar atau olahan minimal. Dirangkum dari Hellosehat, berikut lima bahaya makanan ringan dalam kemasan.
BACA: Doctor Strange: In the Multiverse of Madness Tampilkan Perjalanan Misterius di Dunia Baru
1. Obesitas
Makanan ringan umumnya memiliki cita rasa yang lezat. Jenis makanan ini juga dirancang secara khusus dalam kemasan kecil agar konsumen tertarik membeli lebih banyak.
Kebiasaan ini pulalah yang membuat Anda akan makan secara berlebihan. Akibatnya, bahaya konsumsi makanan ringan berlebihan salah satunya menyebabkan obesitas.
Kandungan dalam makanan kemasan dapat membuat Anda makan lebih banyak dari yang tubuh butuhkan. Setidaknya, konsumsi makanan ini menyumbang sekitar 57,9% asupan kalori harian, di mana 89,7% di antaranya berasal dari gula tambahan.
2. Diabetes
Berbagai bahan tambahan pangan sering ditambahkan ke dalam makanan kemasan, seperti pengawet, pewarna, pemberi tekstur, penguat rasa, hingga pemanis buatan.
Konsumsi salah satu jenis pemanis buatan, yakni sirup jagung tinggi fruktosa (high-fructose corn syrup/HFCS), berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes.
Para peneliti dari University of Southern California melakukan tinjauan pada 43 negara untuk mengetahui hubungan konsumsi sirup jagung tinggi fruktosa dan kasus diabetes tipe 2.
Hasilnya, negara dengan ketersediaan sirup jagung tinggi fruktosa yang lebih banyak memiliki persentase kasus diabetes 20% yang lebih tinggi dibandingkan negara dengan ketersediaan rendah.
3. Penyakit kardiovaskular
Bahaya makanan ringan juga berasal dari kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi. Kelebihan asupan garam dapat meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).
Selain itu, konsumsi gula dan lemak berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Hal inilah yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Dalam studi dari British Medical Journal (2019), para peneliti melakukan pengujian pada 105.159 orang dewasa Prancis berusia rata-rata 43 tahun untuk mengetahui efek konsumsi makanan olahan.
Hasilnya, peningkatan 10% konsumsi makanan olahan dikaitkan dengan peningkatan sekitar 12 % penyakit kardiovaskular secara keseluruhan. Sebaliknya, konsumsi makanan segar atau olahan minimal berisiko lebih rendah pada kondisi tersebut.
BACA: Covid-19 Meningkat, Garut Hentikan PTM Hingga 27 Februari
4. Kematian
Konsumsi makanan olahan dalam kemasan pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kematian. Para peneliti dari University of Navarra melakukan pengujian skala besar yang melibatkan 19.899 orang dewasa dengan usia rata-rata 38 tahun.
Hasilnya, bahwa konsumsi makanan olahan yang lebih tinggi dari 4 porsi per hari dikaitkan dengan 65% peningkatan risiko semua penyebab kematian. Bahkan, risiko kematian relatif mengalami peningkatan sebesar 18% untuk penambahan setiap porsinya.
5. Paparan zat kimia berbahaya
Bahaya makanan ringan ternyata juga berasal dari kemasannya. Bahan kimia pada kemasan makanan juga dapat membahayakan kesehatan dalam jangka panjang.
Sebuah studi dalam Journal of Epidemiology and Community Health (2013) menemukan bahwa bahan kimia berbahaya pada kemasan bisa larut pada makanan dan masuk ke dalam tubuh.
Bahan kimia tersebut di antaranya formaldehida dalam botol plastik yang bisa menyebabkan kanker, bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kaleng makanan atau minuman, tributyltin, triclosan, atau phthalates.
Umumnya kandungan bahan kimia tersebut jumlahnya akan sangat sedikit dan masih dalam batas aman. Namun, paparan jangka panjang bisa menyebabkan penumpukan dalam tubuh yang membahayakan kesehatan, terutama saat menyebabkan gangguan hormon.
BACA: Harga Kedelai Meroket, Perajin Tahu Ancam Mogok Produksi
Beragam bahaya tersebut bisa Anda cegah dengan menerapkan pola konsumsi makanan ringan yang sehat. Anda dapat mengganti makanan ringan dalam kemasan dengan camilan sehat, seperti buah-buahan, yoghurt, atau oatmeal. (Monique Handa Shafira)
(UWA)